Uncategorized

L

Hujan malam itu benar-benar teman setiaku dalam melawan rasa. Petir pula bergemuruh tiada henti seakan mengerti akan kegundahanku. Kenangan tadi siang kembali bersia-siar dimataku, bak sebuah kaset yang sedang memutarkan film kisah percintaanku.

“Aku mau mulai sekarang kita jalani hidup kita sendiri-sendiri saja !” ucapku kepada seseorang yang sangat aku cintai.
“OK.” jawabnya singkat, sambil tertunduk tanpa memandang kearahku.
“L!” panggilku lembut, yang membuatnya mendongak kembali memandang kearahku. Sebuah panggilan Sayang yang aku ambil dari huruf nama depanya.
‘Laidatul Mohamad Syarif’
Nama yang memang selalu membuat hatiku bergetar.
“kenapa tiba-tiba?” tanyanya dengan suara indah yang mampu memikatku untuk selalu mencintainya. Untuk kesekian kalinya mata kami  bertaut, sebelum akhirnya aku melarikan pandangan dari terus melihat tatapan matanya yang sarat dengan pertanyaan.
“Karena aku sudah tidak mencintaimu lagi.” Bohong. itu tidak benar L. Kamu jangan percaya! hatiku berteriak memberontak tidak setuju dengan apa yang aku lakukan. Rasa bersalah pula bersarang di hatiku karena telah membohonginya.
“Owh. Ya sudah kalo begitu.” Ujarnya dengan nada tercekat. Sayu hatiku saat mendengar helaan nafasnya yang bernada kecewa itu, tapi aku tidak akan menarik kembali kata-kataku, karena aku yakin ini memang yang terbaik.
“kamu tidak apa-apa kan?” tanyaku
setelah lama kami mendiamkan diri.
“Tidak apa-apa ko.” lirih jawabanya, selirih hatiku yang sedang memanggil-manggil namanya saat itu.
“jika Allah mentakdirkan kamu denganku, kita pasti akan kembali lagi dengan iziNYA. Karna tulang rusuk tidak akan pernah tertukar L, Percayalah..!” Tuturku mencoba membujuknya, Walhal kata-kata itu sebenarnya lebih tepat untuk membujuk diriku sendiri.

PINK…
Hapeku bergetar, membangunkan aku dari lamunan.
Aku segera membuka pesan singkat itu
tanpa melihat dulu siapa pengirimnya.

“ Aku tau kamu menyembuyikan sesuatu dariku, kalau memang kamu tidak mau jujur padaku itu tidak masalah. Tapi aku harap kamu lah jodohku, di setiap Doaku selalu terselit indah namamu. ”

Bergetar hatiku membaca pesan itu, membuatkan seluruh saraf nadiku berhenti sejenak. Ikutkan hati, memang ingin saja aku berlari kerumahnya. Menerobos dinding-dinding pemisah cinta yang selama ini aku agungkan, dan bersatu selamanya bersama L. Seseorang yang paling aku cintai, tapi ternyata otaku masih bisa berfikir waras. Karena sebesar apapun cintaku pada L, kasih sayang Mamah itu yang paling utama. Karena buatku, Mamah adalah segalaku.

Kini Sudah hampir menuju bulan ke 2 aku putus dengan L. Perasaan sayang masih segar untuknya dalam hatiku, tapi aku tidak bisa selalu memikirkanya, karna masih banyak sesuatu yang lebih penting di banding memikirkan Cinta yang entah aku sendiri tidak pernah tau akan kesudahanya.
Meski  akhir-akhir ini banyak kabar angin yang menyudutkanku tentang L, tapi aku akan tetap dengan pendirianku, walaupun jujur aku katakan, aku masih sangat menyayangi L. Hmmm…

“ Besok calon Sayang yang akan menjemput di bandara! Mamah sudah kasih foto Sayang ke dia, jadi mudahlah untuk dia mengenali Sayang nanti. ”

Sayu hatiku membaca Sms Mamah itu. berasa aku lah makhluk yang paling lemah, karena harus terpaksa menerima perjodohan itu. Aku hanyut dalam kegalauanku, antara patuh kepada orang tuaku atau tetap bersama kekasihku.
Ku langkahkan kakiku ke tempat dimana
aku harus mengadu, ku sucikan diri
sebelum itu. Ku basuh beberapa anggota
tubuh, ku bentangkan sajadah dengan
mukenah putih yang membalut tubuh.
Kulakukan shalat di antara dua pilihan!
“Ya Allah, pilihkanlah untukku dengan
kekuatan ilmu-MU. Tentukanlah untukku
dengan kehendakmu. Aku meminta
kemurahanMU yang sangat luas, karena
Engkaulah yang bisa menentukan sesuatu
dan aku tidak bisa. Engkau maha mengetahui apa yang tidak ku ketahui, dan Engkaulah yang paling tahu hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika sesuatu ini menurutMU baik bagi diriku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku. Maka pilihlah dia untukku dan mudahkanlah dia bagiku. Kemudian berkahilah! tapi seandainya
ini menjadi malapetaka bagiku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku. Maka jauhkanlah dia dariku sejauh-jauhnya, berilah aku kebaikan di mana saja berada dan ridhailah aku karenaMU.”

Ku lantunkan doa sebelum dan sesudah
shalat di iringi desahan nafas yang sesak
dalam bulir-bulir air mata pengaduan meminta KuasaNYA.
Getaran handponeku menggoda
untuk aku bergeser beberapa Centi Meter dari sajadah.
“Hallo!” Suaraku mengawali
panggilan itu. Tanpa aku memanggilnya dengan sebutan L lagi. Bukanya aku lupa akan panggilan itu, tapi aku memang sengaja melakukanya. “Biarlah dia Berfikir aku memang tidak mencintainya lagi, yang penting dia tidak tersiksa dari terus mengharapkanku.”
Lama kami saling diam, melayan perasaan masing-masing. Menikmati debaran hati, layaknya musik drum yang sedang memainkan alunanya.

“Kamu apa kabar?” tanyanya, yang membuyarkan aku dari lamunan. “Alkhamdulilah baik ko. Ka.ka.kamu juga apa kabar?” Tanyaku tercekat, dengan kata-kata yang menjadi sulit untukku rangkai.
“Baik.” Jawabnya singkat. sama seperti waktu aku mengucapkan kata ‘Perpisahan’ dulu. Masih kecewakah dia? hatiku bertanya dalam kebisuan.
“Aku minta maaf L !” pintaku padanya, tanpa sadar yang aku telah memanggilnya dengan sebutan L lagi.
“Untuk apa?” dia melontarkan tanya yang begitu sulit aku menjelaskan.
“Untuk semuanya.”
Benggenang air mataku saat menuturkan kata-kata itu, karna aku tau dia pasti kecewa dengan kata-kata yang bukan dia inginkan keluar dari bibirku. Tapi  inilah kebenaranya, aku memang bersalah karena telah menyakitinya.
Untuk kesekian kalinya kita diam, sebelum akhirnya aku bersuara kembali.
“Mulai sekarang tolong jangan hubungin aku lagi! dan aku mohon lupakan aku! bila perlu anggap saja diantara kita tidak pernah ada hubungan L.” Kata-kata yang menggetarkan bibirku akhirnya terucap juga,
berat sekali. Sesaat aku biarkan paru
paruku kosong dengan oksigen, untuk
menahan tekanan yang muncul dari hatiku.
“Ya sudah, semoga memang ini yang terbaik untuk kita!”
Tuuttt…
Dia mematikan Telefonya, sebelum sempat aku mengungkapkan semua isi hatiku padanya. “Agrhhh harus beginikah kesudahanya Tuhan hubunganku denganya? lalu apa artinya cinta ini, jika kau memberi luka didalamnya. Aku sayang L Tuhan, aku sayang dia.” Sakit memang saat keputusan itu terjadi,
berat dan menyiksaku untuk beberapa bulan. Namun Allah menguatkanku agar tetap sabar dalam ujian itu.

Kini kisahku dengan L benar-benar telah berakhir. Aku sudah tidak tahu kabar darinya lagi. Apakah dia masih tetap mencintaiku? ataukah mungkin dia sudah menemukan penggantiku yang lebih baik?
Ntah lah..,aku tidak tau.
Karena yang aku tahu, sekarang aku sudah menjadi tunangan dari pilihan Orang Tuaku. Malah tanggal pernikahan sudah pun ditetapkan, tinggal menunggu waktunya saja untuk aku bergelar ‘Istri’ kepada orang yang tidak Pernah aku Cintai.
Apapun aku hanya mampu berdoa kepada Tuhan Yang Satu, agar senantiasa membantuku untuk mencintainya dalam kasih seorang ‘suami’.

Kau hidup untuk kenanganku.
Dalam kasih kau memberi makna,
terindah yang takan pernah aku lupa.
Karena cintamulah kisah ini tercipta.

Leave a comment