aboutlove, aboutrespect, cerita kehidupan, cerita motivasi, coretanwanita, peringatan, sharing

Berhenti Menghakimi Mereka Yang Belum Move On

Kamu tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan cinta pertama hanya karena salah paham. Berpisah begitu saja tanpa memberikan kesempatan padamu untuk mengucapkan apa yang ingin kau katakan.

Kamu tidak tahu bagaimana rasanya mencoba bangkit dan mencintai tapi setelah lama menunggu malah mendapat sebuah kabar pengkhianatan.

Kamu tidak tahu bagaimana rasanya mencoba bangkit lagi dan membuka lembaran baru berharap bahwa bahagia itu memang itu ada. Tapi pada akhirnya juga kamu hanya mendapat kekecewaan, dan kamu salah satunya yang harus mengerti.

Kamu tidak tahu bagaimana rasanya mencoba selalu bangkit sendiri dalam setiap kesakitan dan sebuah kekecewaan. Betapa susahnya menahan tangis didepan orang-orang tersayangmu hanya karena tidak ingin mereka khawatir.

Kamu tidak tahu bagaimana rasanya mempelajari setiap tugas yang sebenarnya kamu sendiri tidak mengerti rumus-rumusnya tapi kamu tetap berusaha untuk mencari jawaban-jawabanya.

Kamu tidak akan pernah tahu semua Itu karena kamu bukan aku. Dan aku juga tidak akan memaksa kamu untuk menjadi aku agar kamu bisa mengerti. Sebab cerita kehidupan orang itu berbeda-beda.

Tapi jika tidak membantu, berhentilah menghakimi mereka yang belum move on. Toh tidak mudah melupakan bukan berarti tidak bisa selalu baik-baik saja kan?

 

Ceritaku

Cinta Yang Salah

Siang yang terik dan malam yang begitu sepi sangat tenang buat orang-orang yang sedang melepaskan lelah, tapi tidak untuk menghilangkan rasa yang ada di hati si gadis yang sedang dilanda bingung itu. Berbolak-balik ia melihat isi dompet bercorak kertas USA kesayangannya, tapi entah apa yang dicarinya. Hingga sampai mau rusak zip dompetnya karena sudah berulang kali ia membuka dan menutup dompetnya itu

 “Loe itu kenapa si dari tadi bolak-balik buka tutup itu dompet?” Tegur Ira pada Key yang masih mondar-mandir tidak jelas dengan pandangan sekala-sekali kearah dompetnya.

 “Gue bingung Ra.” Jawab Key setelah lama diam.

“Bingung kenapa? loe lagi ada masalah? cerita lah sama gue! siapa tau aja gue bisa bantu.” Pinta Ira dengan mata yang masih fokus ke majalah yang sedang ia baca, tapi dia memang benar-benar ikhlas dengan kata-katanya tadi.

“Beneran loe mau bantu Ra?” ucap Key riang mendekati kursi yang sedang Ira dudukin

 “iya gue pasti bantu sebisa gue Insya allah.” jawab Ira lagi, dengan mata sudah beralih pandangan kewajah sahabat dekatnya itu.

 “ok. Loe kenal Jon temanya Sam anak angkatan 2 kan ?”

 “Jon yang mana Key ?” tanya Ira bingung. Dengan tangan mengetuk-ngetuk kepalanya, selayaknya gaya orang yang lagi berfikir keras.

 “Itu lho, Jon yang dulu pernah loe benci yang Kata loe dia playboy.” 

     “oh iya gue kenal. Kenapa emang?”

“Comblangin gue sama dia yah! Pleaseeeee”

     “Ah gue nggak mau.” Tolak Ira, dan kembali membaca majalahnya lagi.

“Please Ra! gue sudah lama suka dia, tapi gue nggak tau gimana caranya supaya deket sama dia. Kakak Kami kan tomboy gampang deket sama cowo, Please loe bantuin gue yah…!”

Karena tidak tega melihat muka memelas Key, akhirnya Ira pun mengiyakan perminta’an Key dengan jaminan bahwa tidak boleh ada kesalah pahaman seandainya sesuatu terjadi diluar keinginan.

“Tapi jangan marah apa lagi memusuhi kalau misalkan Jon malah suka sama gue yah! Kan memang kebiasa’anya gitu kalau Jadi comblang. Bukan suka sama yang di comblangin tapi malah suka sama yang nyomblangin.” Jelas Ira panjang lebar, sekaligus mengingatkan akan hakekat ‘hal’ itu.

“Iyah gue janji!” ucap Key dengan mengajukan 2 jari huruf V.

 “Yaudah ngomong-ngomong kasihan itu dompet, entar kalau sudah rusak baru deh mewek.” Ira mencoba mengingatkan. Karena memang itu benar, Key sangat sayang sekali sama dompetnya. Malah dulu pernah Key di bela-belain ngebuat sepupunya nangis hanya karena sepupunya itu yang masih kecil dan belum tau apa-apa memainkan dompet kesayanganya dan dimarahin abis-abisan sampai sekarang sepupunya tidak pernah main lagi setelah kejadian itu. Tapi Key hanya tersenyum mendengar sindiran Ira, dan berlalu pergi.

Ira dan Key adalah sahabat baik. Mereka kenal semenjak Key melanjutkan pelajaranya di kampus yang kebetulan sama dengan kampus yang Ira tempatin, setelah itu mereka Jadi dekat dan kemana-mana pun selalu bersama. Walau sifat dan kepribadian mereka berbeda, tapi itu tidak menjadi penghalang malah ianya menjadi pelengkap untuk persahabatan mereka. Iya meski kadang Key tidak pernah menganggap Ira ada dalam hidupnya, tapi Ira selalu mencoba memberikan pertolongan Setiap Key membutuhkan, karena baginya sahabat bukan hanya menyapa saat bahagia saja, tapi juga saat terluka. Itulah prinsipnya.

Setelah perbincangan malam itu, ternyata benar Ira dan Jon semakin dekat. Selalu bertemu dan selalu SMSan karena harus selalu menyampaikan salam sekaligus memberikan bekal yang Key beri untuk Jon. Bahkan Ira Jadi sangat dekat. Tanpa disadari ternyata bukit-bukit cinta telah tumbuh diantara mereka, dan itu membuat Ira bingung karena tidak seharusnya perasa’an itu ada.

“Thanks ya Ra! berkat loe, sekarang gue Jadi deket sama Jon.” Ucap Key siang itu.

     “Iyah Key, sama-sama.” Jawab Ira ikhlas.

“Tapi sebenarnya gue bukan cuma mau deket Ra, tapi…”

Drettt.drettt..

Sa’at pertama Ku dekati dirimu, memenuhi Semua inginmu. Dan tiba waktumu untuk beri jawaban ternyata Kau anggap aku hanya teman.

Lantunan lagu band indonesia NANO di hape Ira membuyarkan mereka dari obrolan, menandakan ada seseorang yang menelvon. Lagu yang pernah Jon kirim yang katanya khusus buat Ira, dan meminta Ira untuk menjadikan lagu itu nada dering di hapenya. Ira pun juga bingung, kenapa dia mau saja menuruti permintaan Jon, yang jelas-jelas cowok yang dulu dia benci sekaligus cowok yang disukai sahabatnya. Hmmm cinta memang terkadang memang pelik.

   “Bentar ya Key!” Ira meminta Key untuk menghentikan obrolan itu, dan langsung mencari dimana hapenya Yang masih berdering, tapi sebaik Saja dia melihat nama yang tertera di layar hape Ira menjadi bingung, antara menerima panggilan itu ataukah membiarkan saja.

“Siapa Ra? ko nggak diangkat?” tanya Key heran melihat gelagat Ira yang seperti ragu untuk mengangkat telvon itu.

“E.e.enggak apa-apa ko Key. Ini dari orang nggak penting, iyah dari orang nggak penting.” Jawab Ira bohong, dengan wajah yang sudah berubah tegang. Walhal itu televon dari Jon, yang sudah beberapa hari ini selalu menghubunginya.

“owh. “
Keesokan harinya, entah kenapa hari itu Key ingin sekali keluar jalan-jalan. Tapi dia tiada teman karena Ira sudah berangkat ke kampus. Ada pelajaran yang harus di cari dalam perpustakaan. Sementara Key sendiri tinggaḷ menghabiskan skripsinya saja.

 “Nggak biasanya itu anak rajin, biasanya paling nggak peduli sama pelajaran kaya gitu.” Bebel Key sendiri.

Setelah lama dia berfikir akhirnya Key memutuskan untuk pergi sendiri membawa haluan yang hanya mengikut kaki kemana akan melangkah. Kini sudah 2 jam dia berjalan-jalan, tapi tiada suasana yang membuat hatinya berubah yang ada dia hanya jadi rindu akan Jon cowok yang ia cintai. Tanpa tunggu lama, akhirnya Key mengirim pesan ke Jon untuk mengobati rasa kangenya itu.

“Lagi ngapain Jon?” 

     “lagi duduk aja.” 

     “Sudah makan?” 

     “Udah.” 

     “owh ok” 

Ternyata bukanya terobati rasa kangenya, Key malah Jadi bete dapet balesan sms Jon yang hanya membuat hatinya sakit karera sikap cuek Jon. Tapi dia juga tidak bisa membohongi perasa’anya sendiri bahwa dia cinta dan sayang sama Jon, dan Key sudah bertekad ingin mendapatkanya karena dia punya firasat bahwa Jon juga punya perasa’an yang sama.

 “Biasa cowo, suka Ja’im.” Hatinya meyakinkan.

“Tadi di kampus loe ketemu sama Jon nggak Ra?” sebaik saja Ira sampai rumah, pertanya’an itulah yang keluar dari mulut Key. Semakin bingung Ira dengan Semuanya, haruskah dia berterus terang ataukah dia sembunyikan saja. Untuk menjaga perasa’an Key.

“Ketemu.” Jawab Ira singkat.

“Terus-terus dia Tanya gue nggak?”

Semakin gusar dengan keada’an itu, akhirnya Ira pun pamit mandi untuk menghindari pertanya’an-pertanya’an Key yang semuanya hanya menyangkut Jon.

 “Sorry Key, gue mau mandi dulu! badan gue sudah melekit ini”

     “Ok deh. Tapi entar loe jawab pertanya’an gue tadi yah sehabis mandi?”

“iyah.” Jawab Ira males, karena sebenarnya tadi pagi Ira sudahpun meminta Jon untuk mencintai Key  dan menjauhinya. Walau hati berat tapi dia yakin kalau itu yang terbaik.

Kini sebulan pun berlalu, selama sebulan itu pula Ira tidak pernah menghubungi Jon. Setiap Jon sms atau telvon juga tidak pernah Ira angkat. Malah setiap di campus dia juga selalu menghindar dari bertemu dengan Jon, namun satu yang dia tidak bisa hindari selama itu. Iaitu rasa rindu terhadap Jon yang semakin besar setiap harinya. Entah Ira sendiri juga tidak tau kenapa dia bisa merindui Jon, seseorang yang dulu pernah dia benci. Tapi dia juga sadar, kalau Key juga suka sama Jon. Dia tidak mungkin menyakiti sahabatnya itu dan mementingkan perasa’an diri.

Pink.pink…

Bunyi hapenya membuyarkan semua ingatanya dari terus melayan perasa’an.

 “Hai Ra!”

Panjang umur banget ini anak. Gumamnya dalam hati. Lalu dia segera membalas pesan Jon itu. Meski ragu.

 “Hai juga Jon.”

     “lagi ngapain Ra ? gimana punya kabar?”

 “lagi nggak ngapa-ngapain. Alkhamdulilah gue baik ko. Loe sendiri gimana ?”

     “Alkhamdulilah gue juga baik. Dan lagi nunggu balesan sms dari loe he.he…” Gurau Jon yang membuat hati Ira tiba-tiba merasa bahagia dengan gurauan itu.

Sedang Ira asyik smsan dengan Jon, ternyata diwaktu yang sama Key juga lagi smsan sama Jon. Tapi yang membuat bingung adalah, Jon lebih sering membalas sms Ira dan bergurau denganya dari pada dengan Key.

 “Ra, gue sebel sama Jon.” tiba-tiba Key menghampiri Ira dengan muka yang amat kusut seperti baju yang belum di setrika.

 “Sebel kenpa?” tanya Ira, dengan wajah tidak paham.

 “Dia kalau smsan sama gue jawabnya singkat-singkat sekarang. Kalau gue nggak sms dia duluan  juga dia nggak sms gue. Ini coba deh loe lihat!” Key memperlihatkan semua pesan smsanya dengan Jon pada Ira, namun Ira hanya memandang kosong tulisan-tulisan yang ada dihape Key.

 “Gue mohon sama loe Ra, tembak Jon! Gue pengin tau gimana si sebenarnya perasa’an dia ke gue. Lagipun gue rasa dia lebih suka deh sama loe. Tolong Ra, gue nggak bisa selalu berharap seperti ini.” pinta Key, yang membuat Ira marah tiba-tiba.

“Gila loe Key. Mana mungkin gue nglakuin itu.” Serta merta itu pula Ira menolak perminta’an Key. Perminta’an yang menurutnya itu adalah perminta’an gila.

 

“Gue memang gila Ra, iyah gila! gila karena perasa’an ini. Sudah sekian lama gue nunggu Jon itu nyatain cintanya ke gue, tapi sampai sekarang dia nggak pernah nglakuin itu Ra. Gue cape Ra, kalau harus nunggu terus. Tolong Ra, tolong gue!” ucap key dengan air mata yang mulai bercucuran.

 “Gampang banget loe ngomong ya Key. Emang loe pikir gue cewe apa? gue mau bantu loe apapun itu, tapi bukan ini. “ Jawab Ira dengan nada keras. Nggak mau kalah

Sebenarnya Jauh dilubuk hati Ira tidak menyangka bahwa mencintai Jon akan membuat Key seperti itu, dan yang tidak abis pikir, dia sama sekali tidak ambil peduli perasa’annya langsung.

 “Loe pikirin aja deh Ra. Loe lebih mempertahankan harga diri loe itu? atau loe bantuin gue sahabat loe!” Key melafaskan kata pilihan dan berlalu pergi meninggalkan Ira sendiri yang masih kaget tidak paham dengan apa yang terjadi.

Seminggu pun berlalu…

Tiada obrolan dari dua sahabat itu, bahkan saling menyapa juga tidak. Setiap bertemu mereka bagai orang asing yang tidak mengenal satu sama lain. Apalagi Key yang begitu kentara perubahanya.

“Sampai kapan loe akan diemin gue kaya gini Key? Gue ini sahabat loe, gue kangen sama loe Key!” Rintih Ira sendiri pada suatu malam.

Pagi itu Ira mau berangkat ke kampus, tapi tiba-tiba dia mencium roti bakar kesuka’anya yang dia yakini itu dari tingkat bawah. Karena rasa penasaran Ira pun cepet-cepet keluar dari kamar dan menuju meja makan yang ternyata memang benar itu bau roti bakar kesuka’anya. Sebaik saja keluar, Key menyapanya dengan ramah dengan membawa 2 gelas susu ditanganya.

 “Morning Honey!”

Sapa’an yang sudah lama tidak Key lakukan, hari ini dia melakukanya lagi.

 “Morning too Key” Jawab Ira dengan coba mencubit tanganya untuk meyakini bahwa itu bukan mimpi.

 “Ayo sini makan! gue bikinin roti bakar kesuka’an loe ini.” Pinta Key dengan menyodorkan piring yang berisikan roti bakar ke arah Ira yang masih diam seribu bahasa.

 “Thanks Key!” jawab Ira, dan mengambil piring yang Key berikan tadi. Secuil demi secuil Ira pun menyuapkan roti itu kemulutnya hingga ke potongan terakhir.

Setelah lama diam Ira mulai memuka pembicara’an, yang ia pikir memang sudah waktunya.

I.  “Key!”

  K.  “iya Ra.”

  I.  “Gue mau bantuin loe.”

  K. “Loe yakin? “

  I.  “Iyah gue yakin ko”

 K. Nanti terpaksa lagi.

 I. Nggak ko Key, gue bener-bener ikhlas mau bantuin loe.

 “Ok. Kalau gitu kita akan mulai mengatur waktunya besok, untuk sesi penembakan loe pada Jon.” Key berbicara seolah-olah diantara mereka tidak pernah ada masalah. “Loe itu memang nggak pernah berubah Key!” Hati Ira bermonolog sendiri mendengar persetujuan Key. Sementara Key sudah tersenyum puas, karena rancanganya untuk mengambil hati Ira dengan berbaik pagi itu telah berjaya.

“Besok jangan lupa ya Ra, yang kemarin sudah gue omongin.” Iulah pesen Key pada Ira dua hari setelah kembali baiknya hubungan mereka. Berat sebenarnya karena Ira sendiri tidak tau, sama ada yang akan besok dia lakukan benar atau tidak? tapi dia juga tidak mau membuat Key kecewa. Hmmm… (keluhnya)

Tepat pada waktu yang dijanjikan Ira pun menemui Jon di taman kampus, sementara Key mengintai dari semak-semak yang tidak jauh dari lokasi mereka berdua duduk agar mudah untuk Key mendengar setiap perbincangan mereka.

   “Jon, maaf yah kalau gue ganggu waktu loe!” Ira memulakan pembicara’an yang menurut dia sama ada harus bilang hai ataukah apa, tapi Alkhamdulilah akhirnya dia bisa melafaskan kata yang menurut dia memang tepat.

 “santai aja lah Ra, lagipun gue nggak ada kelas. Emang ada apa si Ra? ko tumben loe minta ketemuan? Biasanya juga kalau loe lihat gue bagai lihat setan he. he…” Jawab Jon lembut dengan kata-kata gurauan yang membuat Ira serba salah.

 “Ha. ha perasaan loe aja kali. Gue biasa aja ko.”

Diam

     “Emmm sebenarnya..,” Ira melihat ke arah key sebelum menuju kemisi yang dituju.

 “Sebenarnya apa?” Jon masih sabar menunggu kata-kata dari Ira yang menurutnya lain dari biasanya. “loe itu kenapa si? gue lihat kayanya loe beda banget hari ini?” 

     “Gue cinta sama loe Jon”

Di semak-semak Key sudah menahan air matanya yang sudah bertandang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk pecah saja setelah mendengar dan melihat kemesra’an Jon pada Ira, rasa cemburu pula kian meliputi hatinya.

 “Apa loe bilang Ra. Gue nggak salah denger nih?” Rasa tidak percaya pula meliputi hati Jon yang sememangnya tidak menyangka bahwa Ira akan mengungkapkan kata cinta padanya. Tapi Ira hanya diam melawan setiap gejolak rasa yang ada. Mengangguk tidak, menggeleng juga tidak.

   “Nggak Jon, loe nggak salah denger”

Belum sempet mendengar jawaban dari Jon, Ira pergi karena tidak tega melihat gelagat Key dari jauh yang sekala-sekali menghapus air matanya.

   “kasihan Key, pasti dia sangat terluka.” Hati Ira merintih sendiri dan bergegas meninggalkan Jon untuk mengejar Key yang sudah hilang entah kemana.

 “loe nggak usah fikirin kata-kata gue tadi ya Jon, karena ini semua Key yang minta.”

Tulah kalimat terakhir yang Ira ucapkan pada Jon sebelum mengakhiri pertemuan itu.
Setelah penembakan itu, Key sudah tau kalau Jon memang lebih suka sama Ira. Dan dari hati itu pula dia sudah merelakan segala-galanya, bahwa Jon tercipta memang bukan untuknya. Meskipun dia sempet kecewa pada diri sendiri karena telah menggunakan Ira sahabat baiknya untuk melakukan semua itu.

“Makasih ya Ra!” ucap key sa’at duduk santai menikmati angin sore di depan teras kos-kosanya.

“Makasih untuk apa Key?” Tanya Ira bingung.

“Untuk semuanya. Gue rela ko kalau loe sama Jon.” Jawab Key, yang membuat Ira terkejut.

 “Nggak Key. Biarpun gue juga cintaa sama Jon, tapi gue lebih sayang sama loe.” 

 “Gue nggak mau mikirin cinta dulu Key, gue masih mau fokus sama pelajaran. Biarlah kita bertiga menjadi sahabat. Sahabat yang saling menyayangi karna peduli, bukan karena rasa ingin memiliki.” Lanjut Ira yang memang kemarin sudah ia sepakati dengan Jon bahwa diantara mereka nggak akan pernah menjalin kasih.

 “Loe beneran Ra? nggak takut nyesel?” Key coba menguji Ira. Lagi-lagi Ira hanya tersenyum.

 “Nggak Key. Kita ini sudah dewasa, ngapain kita harus menyesali keputusan yang sudah kita yakini itu baik. Kalau boleh jujur gue memang akui, gue bahagia sa’at bersama Jon. Tapi itu bukan karena cinta Key, melainkan karena rasa peduli dia ke gue. Lagipun gue sadari, kalau sahabat itu lebih bermakna dari pada bercinta yang hanya mengundang problem. Dan sampai kapanpun loe adalah sahabat gue.” Jelas Ira panjang lebar yang membuatkan Key menangis haru karena baru menyadari bahwa selama ini Ira memang sahabat yang baik

 “Thanks ya Ra! loe memang sahabat gue yang paling baik. Walau gue sering semena-mena sama loe, tapi loe tidak berubah sama gue.” ucap Key dengan memeluk Ira.

“Sama-sama, Key”

 

Boleh Jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Boleh Jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Al-baqarah:216

Uncategorized

A hope

MELIHAT PERNIKAHAN, MEMBUAT AKU MENGINGAT AKAN SEBUAH PERPISAHAN. BUKAN KARENA AKU TAK BISA MEMILIH UNTUK MELANGKAH. TAPI KARENA AKU TAU, AKU BELUM MAMPU.

AKU HANYA INGIN BERSAMA MAMAH SEBELUM AKU DIMILIKI ORANG LAIN.
AKU HANYA INGIN BERSAMA PAPAH SEBELUM AKU BERPISAH KARENA KEWAJIBAN.

AKU INGIN MAMAH MENGERTI, KEINGINAN ANAKMU INI YANG SUDAH LAMA TAK PERNAH BERSAMAMU MAH.
AKU INGIN PAPAH PAHAMI, PERASAAN ANAKMU INI YANG TAK AKAN MUNGKIN SENANTIASA DIDEKATMU PAH.
AKU INGINKAN BELAIAN KEHANGATAN YANG SUDAH TAK PERNAH AKU RASA ITU.

KINI USIAKU MEMANG TELAH BERANJAK KEKEDEWASAAN, MENGGANTI SETIAP SIFAT DALAM DIRI.
MENJADIKAN AKU WANITA YANG HARUS MANDIRI
BELAJAR PADA WAKTU UNTUK TERUS BERDIKARI.

NAMUN SEJUJURNYA DALAM SEMUA ITU, ADA SIFAT YANG SELALU KURINDUI.
KEMANJAAN PADA MAMAH YANG DULU MEMBUATKU DAMAI
KASIH PAPAH YANG DULU SELALU MEMBUATKU TERMOTIVASI.

MAMAHLAH SEMANGATKU
PAPAHLAH NAFASKU
TAKAN BERUBAH, MESKI SAMPAI KAPANPUN ITU.

AKU SAYANG MAMAH, PAPAH LEBIH DARI APAPUN ITU.
TAK PERNAH BISA TERBAYANGKAN, JIKA SAAT PERPISAHAN ITU AKAN TERJADI PADAKU.
SUNGGUH…
AKU TAK BISA MEMBAYANGKAN ITU MAH, PAH 😦